KESULITAN BELAJAR
Pendidikan
memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumberdaya manusia bagi kehidupan
di masa yang akan datang. Melalui proses belajar diharapkan akan dicapai tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan dapat tercapai jika siswa melibatkan dirinya
secara aktif dalam kegiatan belajar baik fisik, mental maupun emosional.
Kegiatan belajar mengajar memiliki peranan yang sangat penting agar pendidikan
dapat berjalan dengan baik.
Pada
hakikatnya di dalam belajar senantiasa ada rintangan dan hambatan yang akan
mempengaruhi prestasi yang dicapai siswa. Faktor penyebab kesulitan belajar
pada dasarnya ada dua macam, yaitu faktor intern atau faktor yang berasal dari
diri siswa dan faktor ekstern atau faktor yang berasal dari luar diri siswa.
Faktor intern meliputi keadaan fisik, keadaan emosi, intelegensi, bakat khusus
dan lain sebaginya. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Keterkaitan antara belajar dengan
hasil belajar bukan hanya tergantung pada kecemerlangan otak, tetapi sikap,
kebiasaan dan keterampilan belajar serta faktor-faktor yang berasal dari luar
siswa juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan
belajar siswa.
Pada
masa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan
arus globalisasi yang semakin hebat memunculkan berbagai macam persaingan.
Salah satu cara yang ditempuh dalam menghadapi persaingan di bidang pendidikan
yakni melalui peningkatan mutu pendidikan. Kesulitan belajar bukanlah hal yang
asing lagi dalam dunia pendidikan. Diberbagai sekolah pasti terdapat peserta didik yang mengalami kesulitan dalam
belajaranya. Kesulitan belajar itu sendiri merupakan suatu keadaan dimana
peserta didik tidak mampu belajar sebagaimana mestinya, hal tersebut tidak
hanya dipengaruhi dari dalam diri peserta didik, tapi juga dapat disebabkan
dari luar diri peserta didik. Guru sebagai pengganti orangtua yang ada dalam
jenjang pendidkan formal merupakan seorang yang mampu memberikan pengetahuan,
sikap dan ketrampilan bagi siswa, sehingga dapat membentuk peserta didik yang
cerdas dan mempunyai akhlak yang baik.
Dalam
kegitan belajar dan pembelajaran tentunya ada hal-hal yang menjadi tantangan
dan penghambatan. Tantangan dan hambatan tersebut dapat berupa kesulitan
belajar. Tidak sedikit peserta didik dalam proses pembelajaran mengalami
kesulitan menerima ataupun memahami materi pelajaran yang diberikan oleh
pendidik. Hal tersebut terjadi karena kemampuan yang dimiliki setiap peserta
didik berbeda-beda, sehingga pendidik tidak bisa semerta-merta memperlakukan
peserta didiknya itu sama dan menganggap peserta didiknya mempunyai kemampuan
berpikir yang sama pula. Pada kenyataannya masih ada pendidik yang memperlakukan
peserta didik itu sama. guru memberikan materi yang begitu luas tanpa melihat
sejauhmana peserta didik itu mampu menerima materi pelajaran yang disamapaikan
ataupun yang ditugaskan. Cara mengajar yang seperti ini dapat mempengaruhi
hasil belajar peserta didik bagaimanapun alasannya guru mempunyai pengaruh
besar dari hasil belajar peserta didik.
Kreativitas
guru dalam mengajar juga tampaknya sangat mempengaruhi keberhasilan suatu
pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, dalam proses pembelajaran di
beberapa sekolah selama ini terlihat kurang menarik, sehingga siswa merasa
jenuh dan kurang memiliki minat pada pelajaran kimia, sehingga suasana kelas
cenderung pasif, sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru meskipun materi
yang diajarkan belum dapat dipahami. Dalam pembelajaran seperti ini mereka akan
merasa seolah-olah dipaksa untuk belajar sehingga jiwanya tertekan. Keadaan
demikian menimbulkan kejengkelan, kebosanan, sikap masa bodoh, sehingga
perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menjadi rendah. Hal ini
akan berdampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran.
Namun
demikian, proses pembelajaran di kelas adalah salah satu tahap yang sangat
menentukan keberhasilan belajar siswa. Guru sebagai salah satu mediator dan
komponen pengajaran mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan
pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan, karena guru
terlibat langsung di dalamnya. Selain itu, siswa juga menentukan dirinya
sendiri apakah ia ingin berhasil dalam belajar atau tidak. Jadi dalam memandang
keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah kita tidak bisa
memandang dari satu sisi saja, akan tetapi harus menyeluruh. Setiap siswa pada
prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang
memuaskan. Namun kenyataannya, tampak jelas bahwa setiap siswa itu memiliki
perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang
keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok
antara seorang siswa dengan siswa yang lain.
Pendidik
dapat menjadi penyebab peserta didik mengalami kesulitan belajar yang tergolong
dalam faktor eksternal. Faktor eksternal kesulitan belajar peserta didik dapat disebabkan
dari lingkungan keluarga, sekolah dan sosial. Kesulitan belajar yang berasal
dari dalam diri peserta didik (internal) yakni dapat berupa Disabilitas,
gangguan Psikologi, keturunan dan lain sebagainya. Pendidikan formal dalam
sebuah negara bertujuan untuk mencerdaskan warga negaranya, untuk meningkatkat
harkat dan martabat seseorang. Pendidik mempunyai tanggung jawab atas peserta
didiknya untuk mendapatkan pembelajaran yang baik. Sebagaimana tujuan belajar,
seorang guru harus mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan
peserta didik. Memberikan pengalaman belajar yang mampu membentuk karakter
sikap dan mental, sehingga dalam hal ini sangat dibutuhkan guru yang
profesional.
Seorang
guru memikul tanggung jawab besar dalam proses pendidikan karena dari
pembelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah siswa dapat mengembangkan
potensi yang ada dalam diri. Potensi yang ada dalam diri siswa dapat menentukan
keberhasilan dalam proses pembelajaran. Para pendidik hendaknya memposisikan
peserta didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi
kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Oleh karena itu, dalam
proses pembelajaran perlu adanya suasana yang terbuka, akrab dan saling
menghargai. Sebaliknya perlu menghindari suasana belajar yang kaku, penuh
dengan ketegangan dan sarat dengan perintah dan instruksi yang membuat peserta
didik menjadi pasif, tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kebosanan.
Pendidik
yang memiliki integritas dan profesionalisme yang tinggi dalam bidangnya akan
mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, sehingga bisa tercapainya
tujuan dari pembelajaran. Seorang Pendidik harus mempunyai integritas dan
profesionalisme. Bukan hanya sekedar memberikan materi ajar kepada peserta
didik saja, tetapi harus mampu memberikan bantuan kepada peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam belajarnya. Sentuhan dari pendidik kepada peserta
didiknya merupakan suatu bentuk pendekatan untuk memahami keadaan peserta
didiknya lebih dalam dan mengetahui apa penyebab peserta didik sehingga
mengalami kesulitan dalm belajarnya.
Guru
yang tidak mempunyai integritas tinggi dalam melaksanakan tugas dapat berdampak
buruk bagi peserta didik. Peseta didik mengalami sebuah kegagalan dalam belajarnya,
hal itu dapat mempengaruhi pola pikir, mental dan sikap siswa itu sendiri.
Pendidik profesional dapat dikatakan sebagai seorang pelayan yang ahli dalam
bidangnya, sehingga dalam keadaan ini kliennya nya adalah peseta didik itu
sendiri. Sebagaimana seorang pelayaan ahli harus mampu mengetahui persoalan
pribadi, memberikan bantuan, dan konsultasi terhadap kilennya.
Pendidik
mampu memberikan pelayanan yang baik bagi peserta didiknya. Terjadinya
kesulitan belajar juga dapat dilihat dari proses pembelajaan itu sendiri, baik
itu dari model pembelajaran, strategi dan metode pembelajarannya. Guru harus
mampu menganalisis permasalah dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik.
Pendidik mampu menemukan obat bagi peserta didik yang sulit dalam belajarnya
agar peserta didik mampu belajar dengan hasil yang di inginkan.
Tidak
dapat dipungkiri bahwa pendidik yang mempunyai integritas dan profesionalisme
di Indonesia belum begitu banyak. Pendidik yang hanya sekedar mengajar dan
menganggap mengajar adalah sebuah pekerjaan yang mudah. Guru-guru yang bukan
ahli dalam bidangnya mengambil alih sebuah mata pelajaran dan mengajarkan
kepada siswa atau yang sering di dengar dengan salah kamar. Hal ini dapat
menyebabkan ilmu yang disampaikan oleh guru tidak sepenuhnya diperoleh peserta
dengan baik. Kurangnya rasa kepedulian seorang pendidik terhadap perkembangan
kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik merupakan hambatan dalam
proses pendidikan.
Tidak
hanya itu, dalam perekrutan tenaga pendidik yang tidak sesuai dengan ahlinya
masih sering terjadi. Sekolah menerima seorang pendidik yang bukan lulusan
sarjana pendidikan ataupun sudah mendapat sertifikasi sebagai seorang pendidik
yang profesional. Dalam hal ini tidak ada lagi tes untuk masuk dan mengajar di
sekolah, selagi seseorang tersebut mempunyai keinginan untuk mengajar maka
sekolah menerima begitu saja tanpa melihat latar belakang pendidikan seorang
tersebut. Jika hal ini terus berlangsung maka hal ini akan berdampak tidak
hanya pada siswa, tetapi juga akan berdampak pada kualitas pendidikan yang ada
di Indonesia
Pergantian
kurikulum beberapa kali telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan
mutu pendidikan. Kurikulum yang didesain sebagaimungkin tidak akan bisa
tercapai tanpa adanya pelaksanaan yang baik juga tentunya. Padahal
Pemerintah telah menetapkan Standar Nasional Pendidikan seperti tertuang dalam
PP. No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mencakup standar
isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan dan standar penilaian pendidikan yang ditujukan untuk penjaminan
mutu pendidikan. Pemerintah juga telah menggariskan agar proses belajar
mengajar terjadi dalam situasi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pemerintah
sudah melakukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam
mengajar, namun setelah selesai mengikuti pelatihan tidak banyak berubah dengan
berbagai alasan diantaranya fasilitas tidak mendukung, tidak cukup waktu,
kurang menguasai IT (Information Technology).
Referensi:
Jurnal
Pendidikan. 2009. Kesulitan Belajar Kimia
bagi Siswa Sekolah Menengah. Surakarta. UPT Perpustakaan UNS.
Suryabrata. 1986. Psikologi
Pendidikan. Jakarta. Rajawali
Salirawati. 2002. Strategi Siwa dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Makalah
disampaikan pada kegiatan orientasi siswa baru SLTP N 15 Yogyakarta, tanggal 17
Juli 2002. Tidak diterbitkan.
Anggraeni.
2016. Analisis Kesulitan Mahasiswa dalam
Perkuliahan dan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Biologi FKIP UNISBA. Jurnal Konstruktivisme. 8
(1):2445-2355.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar