Sabtu, 02 November 2019

KONSEP KESULITAN BELAJAR


KESULITAN BELAJAR

Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumberdaya manusia bagi kehidupan di masa yang akan datang. Melalui proses belajar diharapkan akan dicapai tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat tercapai jika siswa melibatkan dirinya secara aktif dalam kegiatan belajar baik fisik, mental maupun emosional. Kegiatan belajar mengajar memiliki peranan yang sangat penting agar pendidikan dapat berjalan dengan baik.

Pada hakikatnya di dalam belajar senantiasa ada rintangan dan hambatan yang akan mempengaruhi prestasi yang dicapai siswa. Faktor penyebab kesulitan belajar pada dasarnya ada dua macam, yaitu faktor intern atau faktor yang berasal dari diri siswa dan faktor ekstern atau faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor intern meliputi keadaan fisik, keadaan emosi, intelegensi, bakat khusus dan lain sebaginya. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Keterkaitan antara belajar dengan hasil belajar bukan hanya tergantung pada kecemerlangan otak, tetapi sikap, kebiasaan dan keterampilan belajar serta faktor-faktor yang berasal dari luar siswa juga memiliki pengaruh yang cukup besar dalam menentukan keberhasilan belajar siswa.

Pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan arus globalisasi yang semakin hebat memunculkan berbagai macam persaingan. Salah satu cara yang ditempuh dalam menghadapi persaingan di bidang pendidikan yakni melalui peningkatan mutu pendidikan. Kesulitan belajar bukanlah hal yang asing lagi dalam dunia pendidikan. Diberbagai sekolah pasti terdapat  peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajaranya. Kesulitan belajar itu sendiri merupakan suatu keadaan dimana peserta didik tidak mampu belajar sebagaimana mestinya, hal tersebut tidak hanya dipengaruhi dari dalam diri peserta didik, tapi juga dapat disebabkan dari luar diri peserta didik. Guru sebagai pengganti orangtua yang ada dalam jenjang pendidkan formal merupakan seorang yang mampu memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan bagi siswa, sehingga dapat membentuk peserta didik yang cerdas dan mempunyai akhlak yang baik.

Dalam kegitan belajar dan pembelajaran tentunya ada hal-hal yang menjadi tantangan dan penghambatan. Tantangan dan hambatan tersebut dapat berupa kesulitan belajar. Tidak sedikit peserta didik dalam proses pembelajaran mengalami kesulitan menerima ataupun memahami materi pelajaran yang diberikan oleh pendidik. Hal tersebut terjadi karena kemampuan yang dimiliki setiap peserta didik berbeda-beda, sehingga pendidik tidak bisa semerta-merta memperlakukan peserta didiknya itu sama dan menganggap peserta didiknya mempunyai kemampuan berpikir yang sama pula. Pada kenyataannya masih ada pendidik yang memperlakukan peserta didik itu sama. guru memberikan materi yang begitu luas tanpa melihat sejauhmana peserta didik itu mampu menerima materi pelajaran yang disamapaikan ataupun yang ditugaskan. Cara mengajar yang seperti ini dapat mempengaruhi hasil belajar peserta didik bagaimanapun alasannya guru mempunyai pengaruh besar dari hasil belajar peserta didik.

Kreativitas guru dalam mengajar juga tampaknya sangat mempengaruhi keberhasilan suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagai contoh, dalam proses pembelajaran di beberapa sekolah selama ini terlihat kurang menarik, sehingga siswa merasa jenuh dan kurang memiliki minat pada pelajaran kimia, sehingga suasana kelas cenderung pasif, sedikit sekali siswa yang bertanya pada guru meskipun materi yang diajarkan belum dapat dipahami. Dalam pembelajaran seperti ini mereka akan merasa seolah-olah dipaksa untuk belajar sehingga jiwanya tertekan. Keadaan demikian menimbulkan kejengkelan, kebosanan, sikap masa bodoh, sehingga perhatian, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran menjadi rendah. Hal ini akan berdampak terhadap ketidaktercapaian tujuan pembelajaran.

Namun demikian, proses pembelajaran di kelas adalah salah satu tahap yang sangat menentukan keberhasilan belajar siswa. Guru sebagai salah satu mediator dan komponen pengajaran mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pembelajaran dan sangat menentukan keberhasilan proses pendidikan, karena guru terlibat langsung di dalamnya. Selain itu, siswa juga menentukan dirinya sendiri apakah ia ingin berhasil dalam belajar atau tidak. Jadi dalam memandang keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar di sekolah kita tidak bisa memandang dari satu sisi saja, akan tetapi harus menyeluruh. Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun kenyataannya, tampak jelas bahwa setiap siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa yang lain.

Pendidik dapat menjadi penyebab peserta didik mengalami kesulitan belajar yang tergolong dalam faktor eksternal. Faktor eksternal kesulitan belajar peserta didik dapat disebabkan dari lingkungan keluarga, sekolah dan sosial. Kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri peserta didik (internal) yakni dapat berupa Disabilitas, gangguan Psikologi, keturunan dan lain sebagainya. Pendidikan formal dalam sebuah negara bertujuan untuk mencerdaskan warga negaranya, untuk meningkatkat harkat dan martabat seseorang. Pendidik mempunyai tanggung jawab atas peserta didiknya untuk mendapatkan pembelajaran yang baik. Sebagaimana tujuan belajar, seorang guru harus mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan peserta didik. Memberikan pengalaman belajar yang mampu membentuk karakter sikap dan mental, sehingga dalam hal ini sangat dibutuhkan guru yang profesional.

Seorang guru memikul tanggung jawab besar dalam proses pendidikan karena dari pembelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah siswa dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri. Potensi yang ada dalam diri siswa dapat menentukan keberhasilan dalam proses pembelajaran. Para pendidik hendaknya memposisikan peserta didik sebagai insan yang harus dihargai kemampuannya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran perlu adanya suasana yang terbuka, akrab dan saling menghargai. Sebaliknya perlu menghindari suasana belajar yang kaku, penuh dengan ketegangan dan sarat dengan perintah dan instruksi yang membuat peserta didik menjadi pasif, tidak bergairah, cepat bosan dan mengalami kebosanan.

Pendidik yang memiliki integritas dan profesionalisme yang tinggi dalam bidangnya akan mampu melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, sehingga bisa tercapainya tujuan dari pembelajaran. Seorang Pendidik harus mempunyai integritas dan profesionalisme. Bukan hanya sekedar memberikan materi ajar kepada peserta didik saja, tetapi harus mampu memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Sentuhan dari pendidik kepada peserta didiknya merupakan suatu bentuk pendekatan untuk memahami keadaan peserta didiknya lebih dalam dan mengetahui apa penyebab peserta didik sehingga mengalami kesulitan dalm belajarnya.

Guru yang tidak mempunyai integritas tinggi dalam melaksanakan tugas dapat berdampak buruk bagi peserta didik. Peseta didik mengalami sebuah kegagalan dalam belajarnya, hal itu dapat mempengaruhi pola pikir, mental dan sikap siswa itu sendiri. Pendidik profesional dapat dikatakan sebagai seorang pelayan yang ahli dalam bidangnya, sehingga dalam keadaan ini kliennya nya adalah peseta didik itu sendiri. Sebagaimana seorang pelayaan ahli harus mampu mengetahui persoalan pribadi, memberikan bantuan, dan konsultasi terhadap kilennya.

Pendidik mampu memberikan pelayanan yang baik bagi peserta didiknya. Terjadinya kesulitan belajar juga dapat dilihat dari proses pembelajaan itu sendiri, baik itu dari model pembelajaran, strategi dan metode pembelajarannya. Guru harus mampu menganalisis permasalah dan perkembangan yang terjadi pada peserta didik. Pendidik mampu menemukan obat bagi peserta didik yang sulit dalam belajarnya agar peserta didik mampu belajar dengan hasil yang di inginkan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidik yang mempunyai integritas dan profesionalisme di Indonesia belum begitu banyak. Pendidik yang hanya sekedar mengajar dan menganggap mengajar adalah sebuah pekerjaan yang mudah. Guru-guru yang bukan ahli dalam bidangnya mengambil alih sebuah mata pelajaran dan mengajarkan kepada siswa atau yang sering di dengar dengan salah kamar. Hal ini dapat menyebabkan ilmu yang disampaikan oleh guru tidak sepenuhnya diperoleh peserta dengan baik. Kurangnya rasa kepedulian seorang pendidik terhadap perkembangan kognitif, afektif dan psikomotorik peserta didik merupakan hambatan dalam proses pendidikan.

Tidak hanya itu, dalam perekrutan tenaga pendidik yang tidak sesuai dengan ahlinya masih sering terjadi. Sekolah menerima seorang pendidik yang bukan lulusan sarjana pendidikan ataupun sudah mendapat sertifikasi sebagai seorang pendidik yang profesional. Dalam hal ini tidak ada lagi tes untuk masuk dan mengajar di sekolah, selagi seseorang tersebut mempunyai keinginan untuk mengajar maka sekolah menerima begitu saja tanpa melihat latar belakang pendidikan seorang tersebut. Jika hal ini terus berlangsung maka hal ini akan berdampak tidak hanya pada siswa, tetapi juga akan berdampak pada kualitas pendidikan yang ada di Indonesia

Pergantian kurikulum beberapa kali telah dilakukan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Kurikulum yang didesain sebagaimungkin tidak akan bisa tercapai tanpa adanya pelaksanaan yang baik juga tentunya. Padahal Pemerintah telah menetapkan Standar Nasional Pendidikan seperti tertuang dalam PP. No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang mencakup standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan yang ditujukan untuk penjaminan mutu pendidikan. Pemerintah juga telah menggariskan agar proses belajar mengajar terjadi dalam situasi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pemerintah sudah melakukan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar, namun setelah selesai mengikuti pelatihan tidak banyak berubah dengan berbagai alasan diantaranya fasilitas tidak mendukung, tidak cukup waktu, kurang menguasai IT (Information Technology).


Referensi:
Jurnal Pendidikan. 2009. Kesulitan Belajar Kimia bagi Siswa Sekolah Menengah. Surakarta. UPT Perpustakaan UNS.
Suryabrata. 1986. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Rajawali
Salirawati. 2002. Strategi Siwa dalam Mengatasi Kesulitan Belajar. Makalah disampaikan pada kegiatan orientasi siswa baru SLTP N 15 Yogyakarta, tanggal 17 Juli 2002. Tidak diterbitkan.
Anggraeni. 2016. Analisis Kesulitan Mahasiswa dalam Perkuliahan dan Praktikum Kimia Dasar di Jurusan Biologi FKIP UNISBA. Jurnal Konstruktivisme. 8 (1):2445-2355.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ANOTASI BIBLIOGRAFI PPKN

ANOTASI BIBLIOGRAFI DESENTRALISASI The transfer or delegation of legal and political authority toplan, make decisions and manage pu...