OPTIMALISASI POTENSI INDIVIDU
MELALUI PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES BAGI SISWA DI MASA DEPAN
Pendidikan
merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia untuk mencapai suatu tujuan
yang diharapkan, karena tanpa adanya pendidikan kita tidak akan bisa mengembangkan
potensi diri yang kita miliki secara optimal baik itu kognitif, afektif dan psikomotor.
Peran Pendidikan sangat penting untuk membentuk seseorang agar mempunyai kemampuan dalam bentuk soft skill dan hard skill. Permasalahan yang dialami di dunia pendidikan salah
satunya adalah proses pembelajaran. Kesenjangan antara kenyataan kualitas siswa
lulusan tingkat satuan pendidik dengan harapan untuk memenuhi dunia kerja
sangat terlihat. Padahal tujuan dari pendidikan adalah meningkatkan kualitas
manusia, agar mempunyai potensi dan daya saing tinggi.
Jika
Pendidikan di Indonesia acuannya adalah realitas, maka dapat dikatakan sangat
memprihatinkan. Pendidikan masih mengutamakan hasil belajar daripada proses pembelajaran.
Jika hasil yang diperoleh siswa memenuhi standar kompetensi, maka siswa dianggap
sudah tuntas dalam belajarnya. Begitupun sebaliknya jika siswa memperoleh hasil
yang tidak mencapai standar kompetensi, maka siswa tersebut mendapat remidial.
Pendidikan
seperti ini hanya akan membuat peserta didik menghafal materi-materi pelajaran dan
hanya sedikit mempunyai ketrampilan. Sedangkan, kualitas yang diperlukan oleh
seorang siswa adalah kemampuan berkomunikasi, kejujuran/integritas, kemampuan
bekerjasama, kemampuan interpersonal, beretika, inisiatif, kemampuan
beradaptasi, daya analitik, kemampuan komputer, kemampuan berorganisasi,
kepemimpinan, kepercayaan diri, ramah, sopan, kreatif dan lain sebagainya. Sehingga,
jika pendidikan hanya mengutamakan pada hasil, maka esensi dari pendidikan itu
sendiri belum bisa tercapai dengan baik.
Apa yang kita lihat di atas sejalan dengan apa yang dirumuskan oleh UNESCO, bahwa tujuan utama dalam pendidikan lebih dikaitkan pada empat pilar yaitu learning how to know, learning how to do, learning how to be, dan learning how live together. Dua tujuan yang pertama mengandung maksud bahwa proses belajar yang dilakukan peserta didik mengacu pada kemampuan mengaktualkan, dan mengorganisir segala pengetahuan dan ketrampilan masing-masing individu dalam menghadapi segala jenis pekerjaan berdasarkan basis pendidikan yang dimilikinya (memiliki hard skill). Sedangkan, dua tujuan yang terakhir mengacu pada kemampuan mengaktualkan, dan mengorganisir segala pengetahuan dan ketrampilan masing-masing individu dalam suatu keteraturan sistematik menuju suatu tujuan bersama (memiliki soft skill).
Apa yang kita lihat di atas sejalan dengan apa yang dirumuskan oleh UNESCO, bahwa tujuan utama dalam pendidikan lebih dikaitkan pada empat pilar yaitu learning how to know, learning how to do, learning how to be, dan learning how live together. Dua tujuan yang pertama mengandung maksud bahwa proses belajar yang dilakukan peserta didik mengacu pada kemampuan mengaktualkan, dan mengorganisir segala pengetahuan dan ketrampilan masing-masing individu dalam menghadapi segala jenis pekerjaan berdasarkan basis pendidikan yang dimilikinya (memiliki hard skill). Sedangkan, dua tujuan yang terakhir mengacu pada kemampuan mengaktualkan, dan mengorganisir segala pengetahuan dan ketrampilan masing-masing individu dalam suatu keteraturan sistematik menuju suatu tujuan bersama (memiliki soft skill).
Proses
pembelajaran merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan, sehingga guru
dapat mengetahui sejauh mana siswa dalam belajarnya. Sehingga, perlu adanya penerapan
keterampilan proses dalam kegiatan
belajar dan pembelajaran. Hal ini dikarenakan karena perkembangan ilmu
pengetahuan berlangsung semakin cepat tidak mungkin lagi bagi guru mengajarkan
semua fakta dan konsep kepada siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, siswa diberi
bekal ketrampilan proses yang dapat mereka gunakan untuk memperoleh ilmu
pengetahuan. Penemuan ilmu pengetahuan tidak 100% mutlak benar, penemuan
bersifat relatif. Suatu teori mungkin terbantah dan tertolak setelah orang
mendapat data baru yang mampu membuktikan kekeliruan teori yang dianut. Jika seorang guru hendak
menanamkan sikap ilmiah kepada peserta didik, maka peserta didik akan perlu
dilatih untuk selalu bertanya, berpikir keritis, dan mengusahakan kemungkinan-kemungkinan
jawaban terhadap suatu masalah. Dalam kata lain siswa dibina berpikir dan
bertindak kreatif. (Semiawan, dkk. 1985 : 15-16)
Pendekatan
ketrampilan proses ini dipandang oleh banyak pakar sebagai pendekaytan yang
paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran di sekolah, dalam rangka
menghadapai pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin cepat. Pendekatan
ketrampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh
karena itu, pendekatan keterampilan proses ini harus tersusun menurut urutan yang logis sesuai dengan tingkat
kemampuan dan pengalaman siswa. Keunggulan pendekatan ketrampilan proses di
dalam proses pembelajaran yakni siswa terlibat langsung dengan objek nyata
sehingga dapat mempermudah pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, siswa
menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajarinya, melatih siswa untuk
berpikir lebih kritis, melatih siswa untuk bertanya dan lebih aktif dalam
proses pembelajaran, mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru,
memberi kesempatan siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah. (Samatowa.
2016 : 138)
Tugas
guru bukanlah mutlak memberikan pengetahuan, melaikan menyiapkan situasi mengiringi siswa untuk bertanya,
mengamati mengadakan eksperimen serta menemukan fakta dan konsep sendiri. Oleh
karena itu, guru harus mengembangkan
kemampuan intrapersonal dan interpersonal. Guru
berperan sangat penting dalam membantu dan membimbing siswa agar dapat
mengaktualkan, dan mengorganisasikan berbagai kemampuan yang ada pada
masing-masing individu agar bisa menjadi seseorang yang diinginkan dan bisa
hidup berdampingan dengan orang lain baik di tempat kerja maupun di masyarakat.
Pemahaman guru mengenai pembelajaran sangat berpengaruh mengenai cara
mengajarnya. Ini jelas bahwa guru itu harus tahu model pembelajaran yaitu
meliputi strategi, metode dan teknik pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus
memperkuat kompetensi yang relavan dalam tugas mendidik. Adapun empat
kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, yakni kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempat
kompetensi tersebut harus dimiliki oleh seorang guru.
Daftar Pustaka
Semiawan,
Conny, dkk. 1992. Pendekatan Ketrampilan
Proses. Jakarta: Gramedia
Samatowo,
Usman. 2006. Bagaimana membelajarkan IPA
di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdeikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar